Indonesia adalah Negara dengan alam yang kaya,
makmur, dan subur. Negara mana yang tidak megakui hal itu. Kalau bangsa ini
miskin, mana mungkin Indonesia menjadi tujuan penjajahan dan dikepung oleh puluhan
Negara penjajah. Mana mungkin Belanda betah menjajah Indonesia sampai 350 tahun
atau 4 turunan (ya,,, kalau umurnya panjang). Tambang, sumber daya
mineral, flora dan fauna, rempah-rempah, Indonesia rumahnya. Berkenaan dengan
tema “Negeri Cincin Api: Berkah atau Bencana?” yang terkandung dalam artikel
yang berjudul “Hidup Mati di Negeri Cincin Api” di www.darwinsaleh.com
saya setuju masyarakat harus mengetahui benar bahwa hidup ditengah-tengah
cincin api yang disuguhkan kekayaan alam yang indah, ketersediaan bahan
tambang, dan mineral yang melimpah, masyarakat juga harus tahu bahwa berada
ditengah-tengah pertemuan ketiga lempeng membuat kita rentan terhadap bencana.
Kedua gambar di atas menunjukkan 3 lempeng
benua yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik
bertemu di kepulauan Indonesia. Menjadi tempat pertemuan 3 lempeng benua
menjadikan Negara kita tercinta ini menjadi Negara dengan jumlah gunung berapi
terbanyak di dunia baik yang masih aktif atau tidak. Hal ini menyebabkan
bencana letusan gunung berapi menjadi bencana yang paling rajin dihadapi bangsa
Indonesia. Bahkan sekarang pun Gunung Sinabung masih menggemparkan dataran
tinggi Karo dengan letusannya. Erupsi gunung berapi menyebabkan tanah Indonesia
subur. Hal ini karena adanya kandungan mineral-mineral yang keluar dari perut
bumi ketika letusan terjadi. Kesuburan tanah Indonesia tidak diragukan lagi.
Seperti lirik lagu”…Tanah kita tanah surga, tongkat dan kayu, jadi tanaman…”
saking suburnya, biar tongkat dan kayu yang hanya diletakkan di atas tanah
tanpa dirawat pun bisa jadi tanaman. Anehnya, meski Indonesia yang sempat
menjadi lumbung padinya ASEAN, sekarang Indonesia menjadi salah satu Negara
pengimport beras dan buah. Kenapa? Apakah tanah Indonesia tidak lagi surga?
Sudah nerakakah? Selain itu, karena letusan gunung berapi ribuan bahkan jutaan
tahun lalu yang memuntahkan berbagai material isi perut bumi ketika letusan
menyebabkan Indonesia menjadi kaya dengan tambang. Material seperti pasir,
Kristal yang terbawa oleh aliran lava pastilah sangat bermanfaat untuk
masyarakat kita. Ilustrasinya, banyak gunung berapi, banyak letusan, wah…
dibayangkan betapa kayanya alam kita. Alam kita kaya, kok masyarakatnya tidak?
Indonesia adalah salah satu Negara terluas di dunia dengan total luas 5.193.250
km2. Luas wilayah ini menempatkan Indonesia menjadi Negara terluas
ke-7 di dunia. Dengan wilayah seluas itu dan gunung berapi yang tersebar di
dalamnya, serta 250 juta lebih jumlah penduduk yang mendiaminya. 250 juta lebih
manusia yang mengelola segala macam kekayaan yang diberikan alam kepada kita,
Indonesia. Mengapa setelah 68 tahun merdeka, Indonesia masih menjadi Negara
berkembang?
Kekayaan alam Indonesia emang ga’ ada habisnya!
Belum puas dengan memiliki kandungan emas terbesar di dunia, Papua juga
menyajikan logam berat yang paling berharga di dunia. Emas adalah logam mulia
yang memiliki nilai tinggi, tapi di zaman modern sekarang ini, dimana ketahanan
Negara adalah yang paling utama maka logam berat ini adalah yang paling
berharga. Logam paling berharga itu adalah Uranium dan itu ada di negeri kita,
INDONESIA. Jika di atas langit masih ada langit, maka di Papua sana, di bawah
logam mulia, masih ada logam berat, uranium yang sangat amat bernilai harganya.
Kita ga perlu bikin visa atau passport untuk bisa nambang uranium, cukup beli
tiket pesawat aja udah sampe ke papua. Uranium dengan lambang U di tabel
periodik merupakan mineral yang memancarkan radiasi radioaktif dan menjadi
bahan bakar nuklir. Keamanan sebuah Negara adalah wajib hukumnya untuk
kedaulatan Negara tersebut. Hal ini menjadikan uranium menjadi incaran
dari Negara-negara maju. Bisa dibayangkan jika pengelolanya adalah anak bangsa,
perusahaannya adalah milik pemerintah, betapa kayanya negeri kita. Dengan
70.000 ton uranium di tangan, betapa kuatnya pertahanan negeri kita. Jika SDM
Negara kita dapat menggunakannya dengan baik dan bijak, tidak akan ada Negara
yang suka meremehkan Indonesia, tidak akan ada tetangga yang suka usil
mengklaim kebudayaan kita, nyuri-nyuri ikan diperairan kita, ga ada lagi yang
suka sesumbar “kalau Penduduk Indunesia kemari jadi TKI, kalau penduduk kita yang
kesana jadi artis”. Oh God…
Karena kualitas SDM Negara kita masih rendah
makanya kebanyakan pertambangan dikelola oleh perusahaan asing sehingga gas dan
batu bata banyak diekspor daripada diperutukkan untuk Nusantara. Kekayaan alam
Indonesia memberikan keuntungan kepada Negara lain dan Indonesia hanya
disisakan limbahnya saja. Kekayaan negeri ini semakin berkurang, tetapi negeri
ini tidak mengalami perkembangan. Banyaknya gas dan batu batu yang tersedia di
negeri ini, tetapi masih banyak wilayah di Indonesia yang tidak tersentuh oleh
aliran listrik. Ironiskan?
Gunung berapi menyimpan banyak berkah, tetapi
juga amarah. Ketika gunung berapi meletus, tidak ada yang bisa menghentikan
alam. When nature gets its angry, you can do nothing! Jika artikel berjudul “Yang
Masih Misteri di Nusantara” di www.darwinsaleh.com benar bahwa Nusantara adalah
daratan atlantis yang tenggelam akibat letusan gunung Krakatau, bisa di
bayangkan betapa dasyatnya kerusakan dapat diakibatkan oleh sebuah letusan
berapi yang bahkan bisa menghilangkan peradaban manusia. Itu hanya sebuah,
bagaimana dengan puluhan berapi yang mengelilingi Indonesia. Ditambah lagi
dengan lambannya tindakan bantuan oleh pemerintah terhadap bencana seperti yang
ramai ditayangkan oleh media massa akhir-akhir ini membuat kita sudah dapat
menarik kesimpulan apakah hidup di cincin api itu berkah atau bencana.
Mungkin filosofi “yang terlalu itu tidak baik”
memang benar adanya. Air yang sangat berharga, jika terlalu banyak dapat
berbahaya. Begitupun dengan alam kita. Disuguhkan dengan terlalu banyak
keindahan, terlalu banyak kekayaan, membuat kita berpikir ini terlalu mudah.
Membuat kita sombong hingga tidak mau berusaha, tidak mau belajar menjadi lebih
tahu. Hingga kita hanya terbuai dengan kemudahan yang ada, tanpa tahu bahwa
mereka yang kekurangan sedang berusaha lebih giat, lebih keras untuk memperoleh
apa yang kita miliki. Jika dipikir, betapa bermurah hatinya Tuhan kepada bangsa
ini, seandainya kita mau berusaha, walau sedikit. Indonesia akan menjadi bangsa
yang besar.
Melihat masalah yang kita hadapi, kualitas SDM
adalah akar dari permasalahan yang kita hadapi. Harapan saya sebagai anak yang
dilahirkan dan dibesarkan di Negara ini adalah perbaikan fasilitas pendidikan.
Generasi muda adalah harapan bangsa, dan pendidikan adalah pondasinya untuk
bertahan. Dimulai dari pendidikan, saya yakin semuanya bisa jadi lebih baik.
Jika pendidikan baik, ekonomi Negara akan baik, diikuti oleh ketahanan Negara
yang baik. Sebenarnya anak Indonesia memiliki semangat belajar yang tinggi,
tetapi keadaan ekonomi yang tidak mendukung untuk menempuh ilmu di bangku
pendidikan masih menjadi kendala utama. Karena itu, saya sangat menyayangkan
sekali dengan tindakan oleh salah satu konglomerat Indonesia yang yang
memberikan hibahnya ke universitas Harvard seperti yang ada pada artikel
“Berterimakasilah kepada Bumi Tempat Kita Berpijak” di www.darwinsaleh.com.
Mengapa harus jauh-jauh ke Harvard jika banyak anak –anak di bangsa sendiri
butuh bantuan dana.Banyak sekolah yang masih membutuhkan bantuan dana untuk perbaikan infrastruktur dan fasilitas untuk belajar. Seperti sekolah daun yang terletak di Provinsi yang saya diami, sulawesi tengah. Sekolah daun terletak di
dusun V Topesino Desa Mantikole, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah. Jarak yang ditempuh dari pusat kota Palu
menuju Desa Mantikole adalah sekitar 24 km. Topesino berada di
puncak pegunungan gunung Gawalise yang hanya bisa ditempuh dengan jalan
kaki dengan sudut kemiringan lereng kurang lebih 45 derajat dan butuh waktu 5 jam untuk sampai ke sekolah itu.
Toh ini bukan untuk yang lain, ini untuk kepentingan dan
kemajuan Negara tempatnya menggarap rezeki. Negeri ini sangat membutuhkan
orang-orang besar untuk mendukung orang-orang yang masih kecil. Orang-orang yang
mampu mendukung berjalannya undang-undang, jujur, dan mengutamakan kebaikan.
Orang-orang yang yang mengamalkan pancasila dan tidak menganggap “Bhineka
Tunggal Ika” hanya sebagai semboyan saja. Semoga semua subsidi diperuntukkan
kepada orang yang tepat dan diterima oleh orang tepat juga sehingga Indonesia
akan menjadi Negara yang berlahan jauh dari kemiskinan. Dengan SDM yang baik,
hidup di cicin api bisa menjadi berkah bagi Indonesia.
Harapan untuk negeri ini tetap ada, apalagi
istilah “Hidup seperti Roda Berputar” sangat dipercayai oleh masyarakat Negara
kita. Siapa tahu saja kelak Nusantara kita akan berada di atas. Siapa tahu
Indonesia akan kembali menjadi Negara dengan keajaiban dunia karena memiliki
piramida terbesar. Nusantara benar-benar adalah daratan Atlantis yang
tenggelam. Hal ini akan menarik dunia untuk lebih tahu tentang Indonesia.
Optimisme itu harus tetap didahulukan daripada
pesimis. Siapa tahu ada anak negeri yang akan memenangkan Nobel, siapa tahu
akan ada anak negeri yang mengharumkan nama bangsa dengan memenangkan Grammy.
Siapa yang tahukan? Jadi tetaplah optimis. Apalagi pemilu sudah dekat,
cerdaslah dalam memilih, karena pemimpin memiliki andil besar untuk kemajuan
Negara kita. Setiap orang punya caranya sendiri dalam mencintai. Dan ini cara
saya mencintai Indonesia, karena sekarang saatnya KAUM MUDA BICARA INDONESIA.
Salam Love & Dream in Once for Indonesia.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari
www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan
jiplakan
is it ur firts posting? actually,nice babe,, wiches sy tdk baca sepenuhnya sih. hehe
BalasHapushahaha..... Really? Nomo Kamsamhita... simple words,, hoping have Huge Advices....
HapusArtikelnya menarik dan cukup kritis, semoga tulisannya bisa membangun optimisme bangsa, terutama bagi kaum muda seperti kita, nice post.
BalasHapusKl ada kesempatan silahkan mampir dan ninggalin jejak di blog saya :)
http://rakaraki.blogspot.com/2014/01/kompetisi-blog-kaum-muda-bicara.html
i hope so... berharap sekali meski dalam tulisan yang sederhana, tetapi mengandung makna besar untuk kemajuan negara...
Hapussaya setuju, kita harus selalu optimis, tidak ada sesuatu yg terjadi tanpa hikmah di baliknya, ya kan? negeri cincin api bukan musibah, namun berkah karena setelah itu tanah menjadi subur dan apapun yang ditanam menjadi bagus :)
BalasHapusIya donk... Harus optimis... Gimana mau maju negara kalau masyarakatnya tidak optimis... Terima kasih untuk commentnya....
HapusNegeri cincin api emang bukan hambatan untuk memajukan bangsa.
BalasHapuskunjungi juga punya saya http://sofia-zhanzabila.blogspot.com/2014/01/negeri-cincin-api-negeri-surga-di-balik.html
dan seharusnya malah sebaiknya,,, cincin api untuk perbaikan masa depan bangsa... thanks..
HapusArtikelnya menarik Dek, tapi serius nih yee, musiknya kekencengan. :(
BalasHapusheiiihh.... knapa komen lu samaan dengan cousin eke yaa.... ok... tak lama z ganti.. atau kw ganti jow... jadi ga ada musicnya...
Hapushahahaaaiiiiiiii actually i dont like music with
BalasHapus