Minggu, 26 Januari 2014

Pesona Hidup di Negeri Cincin Api??



Indonesia adalah Negara dengan alam yang kaya, makmur, dan subur. Negara mana yang tidak megakui hal itu. Kalau bangsa ini miskin, mana mungkin Indonesia menjadi tujuan penjajahan dan dikepung oleh puluhan Negara penjajah. Mana mungkin Belanda betah menjajah Indonesia sampai 350 tahun atau  4 turunan (ya,,, kalau umurnya panjang). Tambang, sumber daya mineral, flora dan fauna, rempah-rempah, Indonesia rumahnya. Berkenaan dengan tema “Negeri Cincin Api: Berkah atau Bencana?” yang terkandung dalam artikel yang berjudul “Hidup Mati di Negeri Cincin Api” di www.darwinsaleh.com saya setuju masyarakat harus mengetahui benar bahwa hidup ditengah-tengah cincin api yang disuguhkan kekayaan alam yang indah, ketersediaan bahan tambang, dan mineral yang melimpah, masyarakat juga harus tahu bahwa berada ditengah-tengah pertemuan ketiga lempeng membuat kita rentan terhadap bencana. 


Kedua gambar di atas menunjukkan 3 lempeng benua yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik bertemu di kepulauan Indonesia. Menjadi tempat pertemuan 3 lempeng benua menjadikan Negara kita tercinta ini menjadi Negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia baik yang masih aktif atau tidak. Hal ini menyebabkan bencana letusan gunung berapi menjadi bencana yang paling rajin dihadapi bangsa Indonesia. Bahkan sekarang pun Gunung Sinabung masih menggemparkan dataran tinggi Karo dengan letusannya. Erupsi gunung berapi menyebabkan tanah Indonesia subur. Hal ini karena adanya kandungan mineral-mineral yang keluar dari perut bumi ketika letusan terjadi. Kesuburan tanah Indonesia tidak diragukan lagi. Seperti lirik lagu”…Tanah kita tanah surga, tongkat dan kayu, jadi tanaman…” saking suburnya, biar tongkat dan kayu yang hanya diletakkan di atas tanah tanpa dirawat pun bisa jadi tanaman. Anehnya, meski Indonesia yang sempat menjadi lumbung padinya ASEAN, sekarang Indonesia menjadi salah satu Negara pengimport beras dan buah. Kenapa? Apakah tanah Indonesia tidak lagi surga? Sudah nerakakah? Selain itu, karena letusan gunung berapi ribuan bahkan jutaan tahun lalu yang memuntahkan berbagai material isi perut bumi ketika letusan menyebabkan Indonesia menjadi kaya dengan tambang. Material seperti pasir, Kristal  yang terbawa oleh aliran lava pastilah sangat bermanfaat untuk masyarakat kita. Ilustrasinya, banyak gunung berapi, banyak letusan, wah… dibayangkan betapa kayanya alam kita. Alam kita kaya, kok masyarakatnya tidak? Indonesia adalah salah satu Negara terluas di dunia dengan total luas 5.193.250 km2. Luas wilayah ini menempatkan Indonesia menjadi Negara terluas ke-7 di dunia. Dengan wilayah seluas itu dan gunung berapi yang tersebar di dalamnya, serta 250 juta lebih jumlah penduduk yang mendiaminya. 250 juta lebih manusia yang mengelola segala macam kekayaan yang diberikan alam kepada kita, Indonesia. Mengapa setelah 68 tahun merdeka, Indonesia masih menjadi Negara berkembang?
Kekayaan alam Indonesia emang ga’ ada habisnya! Belum puas dengan memiliki kandungan emas terbesar di dunia, Papua juga menyajikan logam berat yang paling berharga di dunia. Emas adalah logam mulia yang memiliki nilai tinggi, tapi di zaman modern sekarang ini, dimana ketahanan Negara adalah yang paling utama maka logam berat ini adalah yang paling berharga. Logam paling berharga itu adalah Uranium dan itu ada di negeri kita, INDONESIA. Jika di atas langit masih ada langit, maka di Papua sana, di bawah logam mulia, masih ada logam berat, uranium yang sangat amat bernilai harganya. Kita ga perlu bikin visa atau passport untuk bisa nambang uranium, cukup beli tiket pesawat aja udah sampe ke papua. Uranium dengan lambang U di tabel periodik merupakan mineral yang memancarkan radiasi radioaktif dan menjadi bahan bakar nuklir. Keamanan sebuah Negara adalah wajib hukumnya untuk kedaulatan Negara tersebut. Hal ini menjadikan  uranium menjadi incaran dari Negara-negara maju. Bisa dibayangkan jika pengelolanya adalah anak bangsa, perusahaannya adalah milik pemerintah, betapa kayanya negeri kita. Dengan 70.000 ton uranium di tangan, betapa kuatnya pertahanan negeri kita. Jika SDM Negara kita dapat menggunakannya dengan baik dan bijak, tidak akan ada Negara yang suka meremehkan Indonesia, tidak akan ada tetangga yang suka usil mengklaim kebudayaan kita, nyuri-nyuri ikan diperairan kita, ga ada lagi yang suka sesumbar “kalau Penduduk Indunesia kemari jadi TKI, kalau penduduk kita yang kesana jadi artis”. Oh God…
Karena kualitas SDM Negara kita masih rendah makanya kebanyakan pertambangan dikelola oleh perusahaan asing sehingga gas dan batu bata banyak diekspor daripada diperutukkan untuk Nusantara. Kekayaan alam Indonesia memberikan keuntungan kepada Negara lain dan Indonesia hanya disisakan limbahnya saja. Kekayaan negeri ini semakin berkurang, tetapi negeri ini tidak mengalami perkembangan. Banyaknya gas dan batu batu yang tersedia di negeri ini, tetapi masih banyak wilayah di Indonesia yang tidak tersentuh oleh aliran listrik. Ironiskan?
Gunung berapi menyimpan banyak berkah, tetapi juga amarah. Ketika gunung berapi meletus, tidak ada yang bisa menghentikan alam. When nature gets its angry, you can do nothing! Jika artikel berjudul “Yang Masih Misteri di Nusantara” di www.darwinsaleh.com benar bahwa Nusantara adalah daratan atlantis yang tenggelam akibat letusan gunung Krakatau, bisa di bayangkan betapa dasyatnya kerusakan dapat diakibatkan oleh sebuah letusan berapi yang bahkan bisa menghilangkan peradaban manusia. Itu hanya sebuah, bagaimana dengan puluhan berapi yang mengelilingi Indonesia. Ditambah lagi dengan lambannya tindakan bantuan oleh pemerintah terhadap bencana seperti yang ramai ditayangkan oleh media massa akhir-akhir ini membuat kita sudah dapat menarik kesimpulan apakah hidup di cincin api itu berkah atau bencana.
Mungkin filosofi “yang terlalu itu tidak baik” memang benar adanya. Air yang sangat berharga, jika terlalu banyak dapat berbahaya. Begitupun dengan alam kita. Disuguhkan dengan terlalu banyak keindahan, terlalu banyak kekayaan, membuat kita berpikir ini terlalu mudah. Membuat kita sombong hingga tidak mau berusaha, tidak mau belajar menjadi lebih tahu. Hingga kita hanya terbuai dengan kemudahan yang ada, tanpa tahu bahwa mereka yang kekurangan sedang berusaha lebih giat, lebih keras untuk memperoleh apa yang kita miliki. Jika dipikir, betapa bermurah hatinya Tuhan kepada bangsa ini, seandainya kita mau berusaha, walau sedikit. Indonesia akan menjadi bangsa yang besar.
Melihat masalah yang kita hadapi, kualitas SDM adalah akar dari permasalahan yang kita hadapi. Harapan saya sebagai anak yang dilahirkan dan dibesarkan di Negara ini adalah perbaikan fasilitas pendidikan. Generasi muda adalah harapan bangsa, dan pendidikan adalah pondasinya untuk bertahan. Dimulai dari pendidikan, saya yakin semuanya bisa jadi lebih baik. Jika pendidikan baik, ekonomi Negara akan baik, diikuti oleh ketahanan Negara yang baik. Sebenarnya anak Indonesia memiliki semangat belajar yang tinggi, tetapi keadaan ekonomi yang tidak mendukung untuk menempuh ilmu di bangku pendidikan masih menjadi kendala utama. Karena itu, saya sangat menyayangkan sekali dengan tindakan oleh salah satu konglomerat Indonesia yang yang memberikan hibahnya ke universitas Harvard seperti yang ada pada artikel “Berterimakasilah kepada Bumi Tempat Kita Berpijak” di www.darwinsaleh.com. Mengapa harus jauh-jauh ke Harvard jika banyak anak –anak di bangsa sendiri butuh bantuan dana.Banyak sekolah yang masih membutuhkan bantuan dana untuk perbaikan infrastruktur dan fasilitas untuk belajar. Seperti sekolah daun yang terletak di Provinsi yang saya diami, sulawesi tengah. Sekolah daun terletak di dusun V Topesino Desa Mantikole, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Jarak yang ditempuh dari pusat kota Palu menuju Desa Mantikole adalah sekitar 24 km. Topesino berada di puncak pegunungan gunung Gawalise  yang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki dengan sudut kemiringan lereng kurang lebih 45 derajat dan butuh waktu 5 jam untuk sampai ke sekolah itu. 


Toh ini bukan untuk yang lain, ini untuk kepentingan dan kemajuan Negara tempatnya menggarap rezeki. Negeri ini sangat membutuhkan orang-orang besar untuk mendukung orang-orang yang masih kecil.   Orang-orang yang mampu mendukung berjalannya undang-undang, jujur, dan mengutamakan kebaikan. Orang-orang yang yang mengamalkan pancasila dan tidak menganggap “Bhineka Tunggal Ika” hanya sebagai semboyan saja. Semoga semua subsidi diperuntukkan kepada orang yang tepat dan diterima oleh orang tepat juga sehingga Indonesia akan menjadi Negara yang berlahan jauh dari kemiskinan. Dengan SDM yang baik, hidup di cicin api bisa menjadi berkah bagi Indonesia.
Harapan untuk negeri ini tetap ada, apalagi istilah “Hidup seperti Roda Berputar” sangat dipercayai oleh masyarakat Negara kita. Siapa tahu saja kelak Nusantara kita akan berada di atas. Siapa tahu Indonesia akan kembali menjadi Negara dengan keajaiban dunia karena memiliki piramida terbesar. Nusantara benar-benar adalah daratan Atlantis yang tenggelam. Hal ini akan menarik dunia untuk lebih tahu tentang Indonesia. 


Optimisme itu harus tetap didahulukan daripada pesimis. Siapa tahu ada anak negeri yang akan memenangkan Nobel, siapa tahu akan ada anak negeri yang mengharumkan nama bangsa dengan memenangkan Grammy. Siapa yang tahukan? Jadi tetaplah optimis. Apalagi pemilu sudah dekat, cerdaslah dalam memilih, karena pemimpin memiliki andil besar untuk kemajuan Negara kita. Setiap orang punya caranya sendiri dalam mencintai. Dan ini cara saya mencintai Indonesia, karena sekarang saatnya KAUM MUDA BICARA INDONESIA. Salam Love & Dream in Once for Indonesia.

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan


11 komentar:

  1. is it ur firts posting? actually,nice babe,, wiches sy tdk baca sepenuhnya sih. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha..... Really? Nomo Kamsamhita... simple words,, hoping have Huge Advices....

      Hapus
  2. Artikelnya menarik dan cukup kritis, semoga tulisannya bisa membangun optimisme bangsa, terutama bagi kaum muda seperti kita, nice post.

    Kl ada kesempatan silahkan mampir dan ninggalin jejak di blog saya :)
    http://rakaraki.blogspot.com/2014/01/kompetisi-blog-kaum-muda-bicara.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. i hope so... berharap sekali meski dalam tulisan yang sederhana, tetapi mengandung makna besar untuk kemajuan negara...

      Hapus
  3. saya setuju, kita harus selalu optimis, tidak ada sesuatu yg terjadi tanpa hikmah di baliknya, ya kan? negeri cincin api bukan musibah, namun berkah karena setelah itu tanah menjadi subur dan apapun yang ditanam menjadi bagus :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya donk... Harus optimis... Gimana mau maju negara kalau masyarakatnya tidak optimis... Terima kasih untuk commentnya....

      Hapus
  4. Negeri cincin api emang bukan hambatan untuk memajukan bangsa.

    kunjungi juga punya saya http://sofia-zhanzabila.blogspot.com/2014/01/negeri-cincin-api-negeri-surga-di-balik.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan seharusnya malah sebaiknya,,, cincin api untuk perbaikan masa depan bangsa... thanks..

      Hapus
  5. Artikelnya menarik Dek, tapi serius nih yee, musiknya kekencengan. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. heiiihh.... knapa komen lu samaan dengan cousin eke yaa.... ok... tak lama z ganti.. atau kw ganti jow... jadi ga ada musicnya...

      Hapus
  6. hahahaaaiiiiiiii actually i dont like music with

    BalasHapus