Kamis, 20 Februari 2014

Orang GEDE "Katanya"


“EGP (emang gua pikirin), (Singapura) ini kan anak kecil melawan orang gede (Indonesia). Itulah Singapura biar saja bicara sesuka hati," ujar Ruhut saat dimintai pendapat tentang memanasnya hubungan RI-Singapura mengenai tidak diperbolehkannya KRI Usman Harun memasuki daerah perairan negeri singa tersebut. Orang “Gede” ini memiliki makna ganda. Apakah “gede” dalam artian gendut atau “gede” dalam arti sudah dewasa. Sangat bagus jika “gede” disini yang dimaksud adalah “dewasa”  berarti Indonesia adalah bangsa yang dewasa. Tetapi biasanya, orang dewasa tidak pernah menganggap dirinya sudah dewasa. ?????. Tapi bagaimana jika orang berpikir “gede” disini berarti gemuk atau hanya wilayahnya saja yang besar? Karena sering kita temui orang gemuk memiliki fisik yang lemah. Yang saya bilang “sering” ya, ga “selalu”.
Singapura berhak untuk berpendapat, protes, atau memberi kebijakan dengan dilarangnya KRI Usman Harus memasuki daerah perairannya. Hal ini bukannya tanpa alasan.  Tahun 1965, Serda Usman dan Kopral Harun Said mengebom hotel MacDonald di Singapura sebagai upaya untuk menghilangkan tindakan kolonialisme gaya baru.

Usman-Harun Said

Singapura menganggap hal ini sebagai tindakan terorisme karena dampak dari pengeboman ini menimbulkan korban sipil. KRI Usman Harun dilarang memasuki daerah perairan Singapura karena menurut pihak Singapura, hal ini dapat menimbulkan luka lama bagi Singapura.
Tetapi pemerintah Indonesia juga tidak salah. Ini kapal milik Indonesia, jadi Indonesia berhak memberikannya nama sesuai dengan keinginannya. Nama Usman Harun juga tidak salah, nama mereka patut diabadikan karena menjadi pahlawan yang telah berjasa bagi negara Republik Indonesia. Bahkan keputusan Indonesia yang tetap bersikukuh untuk tidak mengubah nama KRI Usman Harun meski mengancam hubungan mesra RI-Singapura juga patut diancungi jempol. Bagaimana pun juga, ini adalah tentang martabat bangsa, tentang kedaulatan NKRI. Tetapi sebagai negara yang besar dan bermartabat, tidak seharusnya seorang wakil rakyat yang membawa nama baik bangsa ini asal nyablak tanpa mempertimbangkan bagaimana hubungan Indonesia-Singapura kelak. Kita kan bangsa yang berbudaya, maka budayakanlah bahasa yang baik meski dalam perdebatan dan perbedaan.  Namanya sahabat, perdebatan itu biasalah. Mudah-mudahan wakil-wakil dari kedua negara bisa mengambil keputusan yang baik bagi kedua pihak. Baikan donkkk….
Membanggakan negara sendiri itu wajib. Tetapi banggakan Indonesia dengan cara yang dapat membuat Indonesia balik membanggakanmu sebagai putra-putri bangsa. “I am Indonesian, and I am proud”. Alih-alih membanggakan negeri sendiri dengan mengatakan negara lain anak kecil, bahkan jika dibandingkan, si “si anak kecil” ini memiliki pemerintahan yang lebih spontan dan perekonomian yang lebih maju. Alih-alih bangga karena negara kita besar, menegur negara kecil dan lantas bilang “it is only a dot in a world map” (re: BJ Habibie terhadap Singapura), kemudian di jawab  better dot than not” (re: Lee K Yew menjawab BJ Habibie). Itu nyesek kan. So, Be Smart!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar